Minggu, 27 Januari 2008

Kepemimpinan di Muka Bumi

Takkala langit bersemburat cahaya fajar dan benang-benang merah bertaburan menyibak gelapnya malam, kalimat pertama yang berkumandang adalah panggilan adzan subuh di seluruh pelosok negeri , mengajak umat muslim untuk bersujud kepada Sang Maha Pencipta, maka orang-orang beriman lalu berikrar " sesungguhnya sholat-ku - ibadahku-hidup dan matiku - kupersembahkan hanya untuk Allah
Alangkah damainya hidup ini seandainya kita mau memenuhi ajakan-Nya, melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya, mengingat sebagai manusia kita diciptakan untuk memikul amanatnya, tidak akan Allah membangkitkan kita di muka bumi ini apabila sekedar untuk hidup dengan sia-sia belaka, serta tanpa memiliki visi dan missi dalam sebuah kehidupan.
Al Qur-an Surat Al Mukminun ayat 115 menegaskan " Apakah kalian menyangka ( hai manusia) bahwa kami jadikan kamu secara percuma dan apakah kalian menyangka tidak akan kembali kepada Kami "
Karena itu ketika Allah bermaksud mengangkat manusia menjadi kholifah atau wakil Allah di Muka Bumi dan para Malaikat menyanggah, dengan bijak Allah menjawab " Sesungguhnya Aku tahu tentang semua perkara yang kalian tidak tahu " artinya Allah memang sudah menyempurnakan kejadian manusia dengan berbagai kekuatan disamping kelemahan- kelemahan yang dimiliki.
Masalahnya sekarang adalah Sudahkan manusia dengan patuh menunaikan kepercayaan Allah itu ? adakah manusia telah menjalankan fungsinya selaku kholifah di muka bumi sesuai dengan tuntunan dan petunjuknya ? Memang pada waktu manusia bersedia menerima amanat Allah, seisi alam semesta menuduhnya bodoh dan tidak bertanggung jawab, sama seperti yang disangka oleh para malaikat sehingga mereka bertanya " Apakah akan Kau angkat manusia menjadi Kholifah -Mu padahal manusia adalah makhluk yang suka merusak dan menumpahkan darah.
Dan kebimbangan itu terekam dalam Surat Al Ahzab ayat 72 " Sebenarnya kami telah menawarkan amanat itu kepada seluruh langit dan bumi, juga kepada gunung-gunung tetapi semuanya menolak karena khawatir tidak sanggup memikulnya, kecuali manusia yang bersedia menerimanya, sungguh ( kata mereka) manusia itu dlolim dan dungu".
Maka agar manusia mampu mengemban tugas mulia itu, maka Allah telah menyediakan bimbingan dan tuntutan sebagaimana terungkap oleh firman-Nya melalui Surat At Thoha ayat 123 " Maka bila datang kepadamu petunjuk dari-Ku, barangsiapa mau mengikuti petunjuk itu ia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka.
Mengapa terasa seberat itu amanat Allah sampai-sampai seolah tidak akan terpikul apabila manusia tidak mau mengikuti petunjuk dan aturan Allah ? Jawabnya bisa kita saksikan sendiri di depan mata, betapa kehidupan ini penuh pancaroba sehingga untuk mengelolanya tidak saja dibutuhkan kekuatan akal dan tenaga, melainkan juga kekuatan iman dan pertolongan Allah.
QS Surat Al An'am ayat 165 " Dialah yang menjadikan kamu sebagai penguasa di atas bumi dan untuk itu Dia meninggikan sebagian kamu di atas sebagian lainnya dalam berbagai tingkat guna mengujimu atas semua yang telah dikaruniakan-Nya untukmu. Sesungguhnya Dia dengan segera membalas perbuatanmu dan maha pengampun lagi penyayang "
Tantangan persaingan dan saling mengejar keberuntungan itulah yang harus ditanggulangi secara bijak dan santun, terutama oleh masing-masing manusia yang telah dipercaya sebagai makhluk yang paling sempurna. Itu sebabnya selaku kholifah kita mempunyai beberapa kewajiban di samping hak menikmati rahmat Allah. Antara lain yang terpokok ialah mengelola bumi arar menjadi lahan yang hidup yang indah dan berkah, sebab bumi adalah titipan Allah untuk segenap makhluq-Nya, bukan untuk dimiliki dan dikuasai serta dirusak oleh tangan- tangan yang dilumuri nafsu serakah.
Allah berfirman " Dialah yang menjadikan segala yang terdapat dibumi untuk kami sekalian " ( QS al Baqoroh ayat 29).
Kalau bumi tidak dengan hati-hati dipelihara, kerusakanpun akan muncul dan menimbulkan bencana. Sejarah telah membuktikan bagaimana sebuah negeri yang subur makmur, dipenuhi belantara dengan margasatwa beraneka warna, berubah menjadi padang gersang sebagaimana guru sahara.
Allah telah mengingatkan dalam surat Ar Rum ayat 41 " Telah namapk kerusakan di darat dan di lautan akibat ulah dan perbuatan ceroboh manusia, supaya mereka merasakan sebagian akibat dari semua yang mereka lakukan, semoga mereka mau bertaubat " (QS.Ar Rum 41)
Karena itu keserakahan dan tindakan sewenang-wenang harus dihentikan, agar kemakmuran dapat terbagi merata untuk segenap penduduk bumi tercinta ini. Muhammad Ali Jinnah, seorang pemimpin Islam dan negarawan dari Pakistan mengatakan " This word is enough for every man's needs, but it is not enaough for man's greeds " Bumi ini sebenarnya diciptakan cukup untuk memenuhi kebutuhan seluruh manusia, tetapi tidak akan cukup untuk memberi kepuasan kepada seorang manusia yang berhati tamak.
Petaka kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan tidak akan teratasi tanpa kerelaan pihak-pihak yang kuat untuk mengorbankan sebagian nafsunya, dan pihak yang besar mengorbankan sedikit ambisinya. Sebab kebodohan, keterbelakangan dan kemiskinan yang berkepanjangan dapat menyebabkan rakyat kecil mudah terbakar oleh dendam sosial, dan gampang diracuni idiologi yang bertentangan dengan prinsip-prinsip hidup bagi bangsa kita yang senantiasa menegakkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa, mengutamakan kepentingan umum diatas kepentingan pribadi dan golongan.

Tidak ada komentar: